Sabtu, 09 Mei 2009

MANUSIA PURBA


Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.


Periodisasi

Geologi

Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:

Arkaeozoikum

Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.

Paleozoikum

Paleozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.

Mesozoikum

Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini, reptil berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering pula disebut sebagai zaman reptil.

Neozoikum

Neozoikum atau zaman hidup pertengahan dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier. Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.

Sementara itu, Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen (Dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba.

Zaman pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Keadaan ini silih berganti selama zaman pleistosin sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering (interpluvial).

Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis sehingga hanyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda, sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang hidup zaman pleistosin adalah spesies homo erectus, yang menjadi pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum).

Zaman pleistosin berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi kemudian diikuti oleh datangnya zaman Alluvium atau zaman Holosin yang masih berlangsung sampai sekarang. Dari zaman ini muncullah nenek moyang manusia sekarang, yaitu spesies homo sapiens atau makhluk cerdas.

Arkeologi

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini dapat dibagi lagi atas:

Zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang terdiri.
Zaman batu tengah (mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).
Zaman batu baru (Neolitikum)
Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolithicum) sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
Zaman perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Zaman besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500°C.

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithicum, yaitu kebudayaan yang mengunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman logam.




Nusantara pada periode prasejarah

Secara geologi, wilayah barat Indonesia moderen muncul kira-kira sekitar kala PleistosenAsia Daratan. Wilayah ini sekarang mencakup Pulau-pulau besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan ribuan pulau-pulau yang lebih kecil lainnya. Batas daratan lama ini sekarang dikenal sebagai Garis Wallace. Sementara itu, wilayah timur Indonesia, yang mencakup Pulau Papua dan Kepulauan Aru sekarang, secara geografis terhubung dengan benua Australia dan berumur lebih tua. terhubung dengan

Makhluk mirip manusia yang menghuni wilayah ini yang diketahui adalah manusia Jawa, yang hidup sekitar 500.000 tahun lalu. Fosil-fosil Homo erectus ditemukan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di lembah sepanjang Bengawan Solo, seperti di Sangiran. Fosil Homo sapiens pertama ditemukan di dekat Mojokerto (Wajak), di tepian Sungai Brantas.

Pendatang berupa manusia modern yang keturunannya masih hidup pada masa kini masuk ke Nusantara paling cepat sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Berdasarkan kemiripan peninggalan temuan gambaran-gambaran di gua, mereka diperkirakan merupakan pendahulu dari penghuni wilayah Melanesia dan Australia asli sekarang. Kebudayaan yang didukung adalah Paleolitikum (Batu Tua).

Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Tarumanagara menguasai wilayah Sunda sekitar tahun 400 sampai tahun 600 yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.

Peninggalan masa prasejarah

Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.

Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:

  • Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran
  • Situs Purbakala Wajak, Mojokerto
  • Liang Bua, Pulau Flores
  • Gua Leang-leang, Sulawesi
  • Situs Gua-gua Sangkulirang, Kutai Timur
  • Situs Pasemah di Lampung
  • Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat
  • Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali
  • Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM)[1]
  • Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat
  • Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum)[2]

Manusia purba Indonesia


Jenis-jenis manusia purba ada tiga di Indonesia yaitu:


Ciri–ciri manusia purba Indonesia

  1. Meganthropus Paleojavanicus
    • Memiliki tulang pipi yang tebal
    • Memiliki otot kunyah yang kuat
    • Memiliki tonjolan kening yang menyolok
    • Memiliki tonjolan belakang yang tajam
    • Tidak memiliki dagu
    • Memiliki perawakan yang tegap
    • Memakan jenis tumbuhan
  2. Pithecanthropus
    • Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
    • Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
    • Bentuk tubuh & anggota badan tegap
    • Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
    • Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
    • Bentuk tonjolan kening tebal
    • Bentuk hidung tebal
    • Bagian belakang kepala tampak menonjol
  3. Homo
    • Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
    • Tinggi badan antara 130 – 210 cm
    • Otot tengkuk mengalami penyusutan
    • Muka tidak menonjol kedepan
    • Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

Hasil budaya manusia purba Indonesia

  • Pithecanthropus Erectus
  1. Kapak perimbas
  2. Kapak penetak
  3. Kapak gengam
  4. Pahat gengam
  5. Alat serpih
  6. Alat-alat tulang
  • Homo
  1. Kapak gengam / Kapak perimbas
  2. Alat serpih
  3. Alat–alat tulang

Ciri-ciri

  • Meganthropus Paleojavanicus
  1. Memiliki tulang pipi yang tebal
  2. Memiliki oto kunyah yang kuat
  3. Memiliki tonjolan kening yang menyolok
  4. Memiliki tonjolan belakang yang tajam
  5. Tidak memiliki dagu
  6. Memiliki perawakan yang tegap
  7. Memakan jenis tumbuhan
  • Pithecanthropus Erectus
  1. Tinggi badan sekitar 165 - 180 cm
  2. Volume otak berkisar antara 750 - 1350 cc
  3. Bentuk tubuh & anggota badan tegap tetapi tidak setegap megantropus.
  4. Alat pengunyah dan alat tengkuk tidak sekuat megantropus.
  5. Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
  6. Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi.
  7. Bentuk hidung tebal
  8. Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde.
  1. muka menonjol ke depan,dahi miring ke belakang
  • Homo
  1. Volume otaknya antara 1000 - 1200 cc
  2. Tinggi badan antara 130 - 210 cm
  3. Otot tengkuk mengalami penyusutan
  4. Muka tidak menonjol kedepan
  5. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna